Senin, 29 Juli 2013

Manajemen Housekeeping Dalam Proyek


Telah menjadi rahasia umum bahwa proyek konstruksi merupakan salah satu kegiatan yang kotor, penuh dengan sisa-sisa material yang menumpuk dan lain-lain. Oleh sebab itu, untuk proyek-proyek yang manajemennya tertata dengan baik dan terstruktur pasti menempatkan manajemen housekeeping di bawah manajemen K3 untuk mengatasi permasalahan-permasalahan sampah yang dihasilkan dalam sebuah proyek konstruksi tersebut. Sebenarnya apa itu housekeeping dalam sebuah proyek? Pada kesempatan ini akan diulas tentang manajemen housekeeping dalam sebuah proyek.

Secara Etimologi kata housekeeping berasal dari kata house dan keep (Inggris) yang juga sering disebut dengan kata tata graha dalam bahasa Indonesia. House berarti tempat tinggal, keep diartikan mengurus rumah tangga. Secara harfiah, kata housekeeping diartikan sebagai pengaturan dan pemeliharaan rumah. Maka dari kata house keeping tersebut dapat diartikan dengan pemeliharaan dan perawatan rumah tangga yang meliputi semua perabotan yang ada baik yang bergerak atau yang tidak bergerak.

Romekso, (2001 : 5) menyatakan: “housekeeping berasal dari kata house yang berarti rumah dan keeping ( to keep ) yang berarti memelihara, merawat,atau menjaga. Housekeeper adalah orang yang bertugas menjaga, merawat, serta memelihara “rumah.”

Manajemen Tata Graha (5S GOOD HOUSE KEEPING) adalah penataan tempat, dimana tempat yang dimaksud dalam Tata Graha adalah tempat lingkungan dimana kita bekerja, baik itu di perkantoran maupun dipabrik. Manajemen Tata Graha mengandung arti bahwa bagaimana kita mengkondisikan tempat kerja agar menjadi aman dan nyaman sehingga kegiatan pekerjaan menjadi aman dan nyaman sehingga kegiatan pekerjaan kita tidak terganggu yang akhirnya tujuan atau sasaran yang ingin dicapai terpenuhi.

Housekeeping dianggap sebagai kegiatan yang bersifat preventif sekaligus sebagai upaya pengendalian. Housekeeping yang baik perlu diterapkan sejak awal mulai dari rancangan suatu proses, dikembangkan sesuai dengan perubahan yang terjadi, dipantau dan dievaluasi secara terus menerus melalui dukungan dan kerjasama semua pihak terkait seperti pihak manajemen, pekerja dan para profesional dibidangnya masing-masing. Prinsip umum housekeeping bukan sekedar kebersihan tempat kerja melainkan juga mengupayakan penempatan peralatan yang tepat,sesuai dan benar.

Untuk manajemen housekeeping dalam proyek konstruksi area kerjanya antara lain menciptakan sistem keamanan yang baik bagi tenaga kerja atau tukang dan membuat lingkungan kerja menjadi bersih. Tugas lainnya adalah menyediakan lokasi khusus yang digunakan untuk membuang atau menyimpan sisa material atau kotoran lain agar lingkungan yang ada di tempat tersebut tetap bersih.

Tugas selanjutnya yaitu menyediakan tempat khusus untuk menyimpan material-material, bahan bangunan serta peralatan pekerja yang digunakan di proyek agar terlindung dan terjaga dan apabila material atau peralatan tersebut sewaktu-waktu dipakai maka dapat ditemukan lebih cepat.

Manajemen housekeeping juga harus menyediakan tempat sampah untuk membuang kotoran serta tempat khusus untuk menyimpan limbah yang sekiranya bisa menimbulkan bahaya jika terhirup oleh hidung atau berterbangan karena tertiup angin maupun benda lain yang terbakar.

Dalam waktu tertentu manajemen housekeeping bisa mengadakan rapat dengan level di bawahnya dengan tujuan untuk memberitahu kepada segenap karyawan untuk mau mematuhi peraturan yang telah dibuat dan disepakati demi keamanan mereka sendiri.

Jika manajemen housekeeping ini tercipta dengan baik, maka semua tenaga kerja yang sedang ada dan sedang melakukan tugas bisa merasa nyaman. Dengan tercipatnya kondisi pekerja yang nyaman maka sudah dipastikan akan menjadikan lingkungan di sekitar juga akan nyaman dan tidak terganggu adanya kegiatan pelaksanaan proyek maupun pencemaran lingkungan dari proyek tersebut.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar